peran matematika dalam melatih karakter manusia

7 etos matematika yang berperan untuk melatih kemampuan-kemampuan jiwa dan karakter manusia, yakni: Pertama, Telaah matematika melatih manusia untuk melepaskan unsur-unsur subjektivitas, prasangka, sentimen pribadi seraya mengarahkan diri kepada kebenaran yang objektif, murni dan orisinal. Sikap yang terbina melalui etos matematika tersebut adalah keterlatihan bersifat jujur, orisinal dan autentik serta benci kepada segala kepalsuan, manipulasi dan kecurangan. Kedua, Telaah matematika melatih jiwa manusia untuk berpikir universal, melintas sekat-sekat tradisi-lokal-primodial, melampaui batas ruang dan waktu. Prinsip-prinsip matematika berlaku universal, misalnya seperti penjumlahan 2+2=4 berlaku dari dulu sampai sekarang dan di mana saja tanpa dipengaruhi tempat dan waktu. Ketiga, Telaah matematika melatih jiwa kita untuk selalu mengutamakan proporsionalitas, keseimbangan, keharmonisan, tidak berat sebelah dan tidak diskriminatif serta mengajarkan kita untuk brsikap adil, bijak dan seimbang. Keempat, Telaah matematika melatih jiwa untuk bersikap sederhana karena dalam matematika unsur-unsur sensualitas-kehebohan sama sekali tidak mendapat tempat sehingga diharapkan sikap-sikap seperti gengsi, pamer, sensual dan tampilan Citra tidak tumbuh dalam watak orang-orang yang menekuni matematika. Kelima, Telaah matematika melatih kita untuk berpikir konsisten, lurus dan taat asas. Sikap konsisten itu bermuara pada sikap istiqamah dan tanggung jawab. Keenam, Telaah matematika melatih mental kita untuk tekun, teliti dan sabar; tidak boleh gegabah, sembrono serta mudah menyerah jika belum menemukan jawabannya. Ketujuh, Telaah matematika juga melatih sikap kedisiplinan orang-orang yang menekuninya karena dalam proses penyelesaian persoalan matematika harus digunakan sistematika penalaran, tahapan-tahapan dan ketertiban alur berpikir.[1]

Uraian diatas menggambarkan bagaimana dalam pandangan islam setiap bidang disiplin ilmu saling berkaitan erat sebagai wahana penyempurnaan potensi-potensi manusia.

---

[1] Husain Heriyanto, Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2011), hlm. 247-249.